Rabu, 26 November 2014

maka jadilah layak nya pohon yang rela menjatuhkan daun nya, untuk memberi kesempatan pada daun baru tumbuh diranting nya,
dan jadi lah kmu seorang yang rela melepas ku untuk sebuah kesempatan pada orang lain tinggal di hati mu.karena yang kurasa, sangat tak cukup walau hanya sekedar untuk mengerti mu.


Ayah! setiap goresan penaku tak berharga dibanding titik peluh mu
Ayah! buah tulisanku tak demikiah indah dibanding dengan begitu indah lestari kasih sayangmu
Ayah! atas apa yang bisa kudapat sekarang, tak bisa lepas dari segala gagah gigihmu mencita-citakan anadamu menjadi seorang yg memiliki budi sedikit lebih, memiliki penghidupan yang nikmat nampak dari enkau sedikit
Ayah! hayalmu membuat anganku jauh lebih menjulang ke tempat dimana sukses bermukim
Ayah! tanganmu senantiasa menggandengku pada sebuah pengharapan yang kubayang-bayang
Ayah! aku takbisa menerjemahkan kiat yang engkau lakonkan untuk ku,di sana tiadalah ada nikmat yang mendatangkan engkau
Namun Ayah! engkau terus nemnggapaikan ku maju walau sudah hampir kuinjak lagi bekas langkah di belakang itu.
Ayah!tak tahu dengan apa kunyatai rasa sayang dan hormat ini kepadamu.
Ayah! seperti yang engkau tahu,kemampuan anandamu hanyalah menyusun bait kata sedemikian rupa
dengan itukan aku layak mencintai mu?
Namun Ayah! setidaknya aku bisa mengirimkan puisi-puisi ini kepada yang memiliki kita, kepada Dia ku kirimkan setiap hari setidaknya satu pengharapan yang  tek pernah surut di pelupuk mata ini
" aku ingin melihat mu bahagia ayah! tinggalkan segala sakit mu, lupakan segala yang mengusik mu, bahgialah karena ku ayah dan bersama ku!"
kepada kecintaanku Ayah- Herviana Orvah